Minggu, 26 Juli 2009

Panen dan Pasca Panen

1. Panen

Kelapa sawit biasanya berbuah setelah berumur 2,5 tahun. Buahnya menjadi masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Saat buah mulai masak, kandungan minyak dalam daging buah (mesokarp) meningkat cepat. Hal ini disebabkan adanya proses konversi karbohidrat menjadi lemak dalam buah. Dalam memanen, perlu diperhatikan beberapa ketentuan umum agar buah yag dihasilkan baik mutunya, sehingga minyak yang dihasilkan juga bermutu baik.

a. Kriteria panen

Suatu areal tanaman belum memghasilkan (TBM) dapat disebut sebagai tanaman menghasilkan (TM) dan dapat dipanen apabila 60% atau lebih buahnya telah matang panen. Selain itu tanaman telah berumur ± 31 bulan, berat janjangan (tandan) telah mencapai 3 kg atau lebih, penyebaran pane telah mencapai 1: 5 , yaitu setiap pohon terdapat 1 tandan buah yang matang panen.

b. Ciri-ciri tandan matang panen

Ciri-ciri tandan matang panen, ialah adanya buah yang lepas atau jatuh dari tandannya sekurang-kurangnya 5 buah untuk tandan yang beratnya kurang dari 10 kg, atau sekurang-kurangnya 10 buah untuk tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tandan buah yang masak ditentukan oleh angka kematangan, yaitu jumlah buah yang brondol dari tandannya, tidak ditentukan oleh warna buahnya.
Panenan harus dilaksanakan pada saat yang tepat, sebab pemanenan yang dilakukan pada saat yang tepat akan menentukan kualitas dan kuantitas buah kelapa sawit. Proses pembentukan minyak di dalam buah berlangsung selama 24 hari, yaitu pada waktu buah mulai masak. Panenan yang dilakukan sebelum proses pembentukan minyak selesai akan mengakibatkan hasil minyak kurang dari semestinya. Sedangkan panenen sesudah proses pembentukan minyak selesai, akan merugikan karena banyak buah yang lepas dari tandan dan jatuh ke tanah. Buah yang terlalu masak, sebagian kandungan minyaknya akan berubah menjadi asam lemak bebas (free fatty acid) yang akan mengakibatkan rendahnya mutu minyak, dan buah yang terlalu masak juga lebih mudah terserang hama atau penyakit.

c. Persiapan panenan

Agar panenan dapat lebih lancar, perlu dibuatkan tempat untuk mengumpulkan hasil, perbaikan jalan-jalan untuk memudahkan pengangkutan hasil panen (pasar pikul), dan pada areal atau daerah yang miring bila perlu dibuatkan tangga untuk mempermudah pengangkutan buah. Para pemanen harus mempersiapkan peralatan yang diperlukan, seperti dodos (untuk pokok atau pohon yang masih rendah), egrek atau arit bergagang bambu panjang (untuk pokok-pokok yang tinggi), dan peralatan lainnya.

d. Cara panen

Cara panen yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
· Semua tandan yang telah matang harus panen, jangan ada yang ketinggalan (sebagai ciri bahwa suatu tandan telah matang panen dalah adanya yang jatuh pada pirigan dekat batang).
· Tandan buah dipotong dengan dodos atau egrek bergagang panjang. Sebelum tandan buah dipotong, pelepah yang menyangga buah, sebaiknya dipotong lebih dahulu. Bekas potongan pelepah harus melengkung, menyerupai tapak kuda, yaitu miring keluar. Pemotongan tandan pada pangkalnya. Setiap tandan yang telah dipanen diberi tanda pada bekas potongannya yang berisi nama (initial) pemanenan dan tanggal panenan dilaksanakan.
· Pelepah daun yang dipotong dari pohonnya, harus ditumpuk secara teratur pada gawangan (ruangan kosong di antara barisan tanaman) dan ditelungkupkan.

e. Pengumpulan buah hasil panenan

· Tandan buah yang dipotong (dipanen) harus diletakkan di piringan, mengarah ke jalan pikul (pasar pikul). Buah yang lepas (brondolan) diletakkan terpisah dengan tandannya.
· Tandan yang masih bergagang, harus dipotong sedekat mungkin (mepet) dengan tandannya. Tandan buah kumpulkan di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), dan di atur berbaris 5 atau 10.
· Buah-buah yang lepas ditumpuk atau disatukan terpisah dari tandan. Buah-buah yang lepas harus bersih dari kotoran (tanah, sampah, dll.).
· Tandan dan buah yang lepas dari TPH diangkut dengan truk atau trailer ke pabrik. Pengangkutan harus dilaksanakan secepat-cepatnya.

f. Giliran (pusingan ) panen

Setiap pekerja pemanen dalam satu hari diwajibkan dapat memanen 600-1000 kg buah (50-80 tandan buah), tergantung pada umur tanaman. Agar supaya seorang pemane dapat memanen sejumlah itu, dalam giliran panen seminggu (7 hari) umum digunakan sistem panen 5/7, yaitu 7 hari panenan hanya dilakukan 5 hari saja. Sisanya 2 hari digunakan sebagai hari libur dan perbaikan alat-alat yang digunakan.

g. Banyaknya hasil

Banyaknya hasil setiap hektar tanaman produktif tergantung dari berbagai faktor, antara lain kualitas tanaman, kesuburan tanah, keadaan iklim, umur tanaman, gangguan hama atau penyakit, dan pemeliharaan tanaman.


2. Pengolahan

Pengolahan tandan buah segar sampai diperoleh minyak sawit kasar (crude palm oil, CPO) dan inti sawit dilaksanakan melalui proses yang cukup panjang.
Urutan pengolahan kelapa sawit yang dimaksud, yaitu :

a. Pengangkutan buah ke pabrik

Buah kelapa sawit hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik, agar segera dapat diolah. Buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya mengandung 0,1% asam lemak. Tetapi buah-buah yang sudah memar atau pecah, dapat mengandung asam lemak bebas (free fatty acid) sampai 50%, hanya dalam waktu beberapa jam saja. Bila tanpa perlakuan khusus, dalam waktu 24 jam kandungan asam lemak bebasnya dapat mencapai 67%. Buah kelapa sawit harus segera dipanasi dengan suhu antara 90° sampai 100°C sebelum pelepasan daging buahnya (depulping ). Dengan cara ini asam lemak bebas yang terbentuk hanya sedikit. Oleh karena itu, buah kelapa sawit dari kebun harus secepatnya diangkut dengan alat angkutan yang tepat, yang dapat mengangkut buah sebanyak-banyaknya, seperti lori, traktor gandengan dan atau truk.

b. Perebusan buah (sterilisasi)

Buah beserta lorinya direbus dalam tempat rebusan dengan mengalirkan atau menekankan uap panas selama 60 menit ke dalam tempat rebusan tersebut. Suhu uap yang digunakan adalah 125°C dan tekanan dalam ruang sterilisasi ± 2,5 atmosfir.
Maksud dari perebusan buah adalah:
· Agar buah mudah dilepaskan dari tandannya
· Untuk membunuh enzim penstimulir pembentukan asam lemak bebas, agar daging buah menjadi lunak,
· Untuk memudahkan terlepasnya inti dari cangkangnya,
· Untuk menambah kelembaban dalam daging buah sehingga minyak lebih mudah dikeluarkan (dipisahkan), dan
· Untuk mengkoagulasikan protein sehingga proses pemurnian minyak lebih mudah.

c. Pelepasan buah (stripping) dari tandan dan pelumatan (digesting)

Tandan buah yang telah direbus dimasukkan ke dalam mesin pelepas buah (thresher), kemudian buah yag lepas (rontok) dibawa ke dalam mesin pelumat (digester). Sambil dilumat, buah dipanasi (diuapi) lagi, supaya daging buah hancur dan lepas dari bijinya. Keadaan demikian memudahka proses pengeluaran (ekstrasi) minyak.
Tandan kosong (telah lepas buah-buahnya) kemudian diangkut ke tempat pembakaran (incinerator) dan digunakan sebagai bahan dasar untuk menghasilkan uap yang digunakan dalam proses sterilisasi. Sebagai sisa pembakaran diperoleh abu yang mengandung ± 30% K2O, yang digunakan untuk pemupukaN Kalium dikebun. Sebagian tandan kosong juga digunakan sebagai bahan mulsa.

d. Pengeluaran minyak (ekstrasi)

Ada bermacam-macam cara untuk mengeluarkan minyak (extraction of oil). Tetapi yang umumya dipakai, adalah pengepresan dengan menggunakan alat atau mesin pengepres tipe hydraulic, centrifugal atau tipe continuous screw press.

e. Pemurnian dan penjernihan minyak (klarifikasi)

Minyak yang keluar dari mesin pengepres mengandung 45% sampai 55% air, lumpur dan bahan-bahan lainya. Minyak yang masih kasar ini kemudian dibawa ke tangki pemurnian atau tangki klarifikasi. Setelah mengalami pemurnian, akan diperoleh 90% minyak, dan sisa lainya adalah Lumpur.
Sisa olahan, yang berupa Lumpur, kemudian disaring dan disalurkan ke dalam tangki serta dipanasi lagi. Kemudian diolah lagi untuk memisahkan minyak dari bahan pengotornya. Setelah itu dikembalikan lagi ke dalam tangki pemurnian atau klarifikasi untuk mengalami proses pemurian lagi.

f. Pemisahan biji dari sisa –sisa daging buah

Sisa pengepresan yang berupa ampas, dibawa ke alat pembuang sisa daging buah (depericarper). Pada proses pemisahan biji dari sabutnya, digunakan proses pengeringan dan penghembusan. Dengan proses ini serat bahan-bahan lain yang kering dan ringan terhembus keluar melalui cyclone, kemudian ditampung untuk digunakan sebagai bahan bakar ketel uap.

g. Pengeringan dan pemecahan biji

Biji dari alat pembuang daging buah (depericarper) diangkut ke silo dan dikeringkan di sini. Biji-biji yang telah kering ini, intinya mengkerut dan mudah dilepaskan dari cangkang atau tempurungnya. Biji yang kecil-kecil sering lolos dan hilang. Biji yang telah dipecah lagi inti dan cangkangnya dapat dipisahkan.

h. Pemisahan inti dari cangkang.

Prinsip pemisahan biji dari cangkangnya adalah karena adanya perbedaan berat jenis antara inti dengan cangkangnya. Caranya yaitu, dengan mengampungkan biji –biji yang telah dipecahkan dalm larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. dalam keadaan ini inti kelapa sawit akan melayag atau mengapung dalam larutan, dan berada di atas lapisan cangkang yang mengendap di dasar. Inti dari cangkang diambil secara terpisah kemudian dicuci sampai bersih. Alat yang digunakan untuk memisahkan inti dari cangkangnya disebut hydrocyclone ataupun claybath.
Dari proses pengolahan buah kelapa saawit tersebut, diperoleh produk utama dan beberapa produk sampingan. Sebagai produk utama adalah minyak kelapa sawit (crude palm oil) dan inti sawit, sedangkan produk sampingannya adalah tempurung, ampas dan tandan kosong.

Kegunaan masing-masing produk tersebut antara lain:

1. Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku untuk industri sabun minyak goreng dan sebagainya.
2. Inti sawit yang menghasilkan minyak inti digunakan sebagai bahan kosmetika.
3. Cangkang atau tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan bakar, yaitu arang aktif yang biasa dipergunakan dalam industri kesehatan.
4. Tandan kosong untuk bahan bakar ketel uap, mulsa dan abu sebagai pupuk Kalium.
5. Ampas lumatan daging buah untuk bahan bakar ketel uap.


3. Taksasi atau perkiraan produksi

Penjualan produk kelapa sawit, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dilakukan dengan system kontrak. Bagi pemilik perkebunan berupa kontrak penjualan, sedangkan bagi perusahaan konsumen berupa kontrak pembelian. Kontrak jual beli ini dibuat enam bulan sebelum hasil produksi diserahkan kepada pembeli. Karena itu, pemilik perkebunan kelapa sawit harus bisa memperkirakan hasil produksinya. Hasil produksi kelapa sawit untuk enam bulan ke depan bisa ditaksir dengan rumus sebagai berikut:

y = a x b x c

Keterangan:
a = Jumlah seluruh tandan yang akan dipanen selama enam bulan
Jumlah seluruh tandan yang akan dipanen selama enam bulan bisa dihitung dengan cara mengalikan rata-rata jumlah tandan pada satu pohon dengan jumlah pohon yang dimiliki oleh perkebunan.
Contoh: luas areal perkebunan 1.000 ha dengan populasi setiap hektar 142 pohon, sehingga total populasi sebanyak 142.000 pohon. Jumlah tandan tergantung pada umur tanaman. Tanaman umur 16-30 tahun kurang lebih 10 tandan, umur 5-15 tahun kurang lebih 30 tandan. Rata-rata jumlah tandan merupakan hasil sensus buah di pohon.

b = Berat tandan rata-rata
Berat tandan rata-rata dihitung dengan cara membagi berat tandan produksi hari itu (data dari pabrik) dengan jumlah tandan produksi hari itu (data dari krani buah).

c = Presentasi minyak terhadap berat tandan. Untuk CPO sebesar 20 persen.


4. Transportasi

Sistem jaringan jalan di perkebunan merupakan salah satu factor penting utuk mengumpulkan dan mengangkut hasil kelapa sawit ke pabrik. Selain itu, jaringan jalan yang baik bisa menjamin kelancaran pengangkutan pupukdan bahan lainnya. Banyak pekerjaan di suatu areal atau blok tidak dapat dilaksanakan dengan lancar karena prasarana jalan atau jembatan tidak memadai, sehingga kegiatan operasional jadi terhambat.
Buah kelapa sawit yang dipotong hari ini harus diolah langsung agar asam lemak bebas (FFA) tidak tinggi. Pada panen puncak, ketika hujan turun setiap hari, sarana dan prasarana transportasi harus diperhatikan karena biasanya pengangkutan buah hasil panen akan berlangsung selama 24 jam.
Jenis alat transportasi untuk perkebunan skala besar, keberadaan truk berukuran besar atau lori sangat dibutuhkan. Untuk perkebunan rakyat, mobil pick up yang dilengkapi dengan gerobak mungkin sudah cukup. Seluruh alat transportasi tersebut digunakan untuk mengangkut buah hasil panen ke pabrik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar